Bom bunuh diri mengguncang sebuah masjid Eman di Damaskus, Suriah,
Kamis (21/3). Insiden itu menewaskan 41 orang tewas, termasuk ulama
Suni, Syekh Mohammad Said Ramadhan al-Buthi (84 tahun).
Al-Buthi terbunuh saat memberikan pelajaran agama kepada jama'ahnya
di Masjid Jami' Al-Iman di pusat Mazraa, distrik Damaskus. Selain
Al-Buthi, cucunya juga menjadi korban tewas dalam pengeboman itu.
Kira-kira 84 orang terluka dalam insiden itu.
Pembunuhan itu merupakan pukulan besar bagi rezim presiden Suriah
Bashar al-Assad. Tewasnya al-Buti semakin mengurangi pihak yang
mendukung Assad. Al-Buti telah menjadi pendukung rezim pemerintah Suriah
sejak ayah Assad, Hafez Assad berkuasa.
‘’Darah Syekh al-Buti akan menjadi api yang membakar seluruh dunia,’’
kata Mufti Ahmad Badreddine Hassoun yang juga loyalis Assad.
Belum ada pihak yang segera mengklaim bertanggung jawab atas serangan
itu. Juru bicara oposisi Suriah Loay Maqdad mengaku Tentara Pembebasan
Suriah (FSA) tidak melakukan serangan itu.
‘’Kami, FSA tidak bertanggung jawab untuk ledakan itu. Kami tidak
melakukan serangan bom bunuh diri, dan kami tidak menargetkan masjid,’’
katanya kepada televisi Al Arabiya.
Sementara itu, juru bicara Badan Koordinasi Lokal Suriah, Murad As
Syami, mengatakan kepada televisi Al Jazera melalui sambungan telefon,
“Rezim Suriah Bashar Al Asad berada di balik pembunuhan ini, karena
tidak ada seorang pun penentang rezim yang bisa memasuki wilayah
pengeboman tersebut, mengingat penjagaan keamanan yang super ketat,”
katanya seraya menambahkan bahwa rezim Bashar sengaja melakukan ini
untuk memicu kekacauan di negara tersebut.
Diketahui bahwa Kawasan desa Mazra’ah, ibukota Damaskus, adalah
kawasan yang steril dari mujahidin Islam dan mujahidin FSA. Pasukan
rezim Assad menguasai sepenuhnya Masjid Jami’ Al-Iman di desa itu dan
kawasan sekitarnya. Markas cabang Partai Sosialis Ba’tas juga berdiri
tegak di desa itu.
Penjagaan super ketat dilakukan oleh pasukan rezim Assad. Siapa pun
yang akan memasuki kawasan itu dan Masjid Al-Iman akan menjalani
pemeriksaan sangat ketat dari pihak pasukan Assad. Tidak akan ada
mujahid Islam atau mujahid FSA yang membawa bom bisa memasuki kawasan
itu dan melakukan serangan bom dalam masjid.
Mujahidin Islam dan mujahidin FSA biasanya memberikan pernyataan
sikap bertanggung jawab atas operasi-operasi serangan yang mereka
lakukan. Dengan super ketatnya penjagaan, ketatnya pemeriksaan
identitas, dan tidak adanya pernyataan bertanggung jawab mujahidin Islam
atau mujahidin FSA atas tewasnya Syaikh al-Buthi, sangat mungkin beliau
dibunuh oleh pasukan rezim Assad sendiri, karena peranannya untuk
membela rezim Suriah sudah tidak signifikan lagi. Dengan membunuh Syaikh
al-Buthi, rezim Assad bisa menuding mujahidin Islam dan mujahidin FSA
sebagai teroris yang memiliki kaitan dengan Al-Qaeda. Dan juga terdapat
beberapa kejanggalan terjadi seperti yang ditampilkan oleh an-najah.
Al Buthi adalah ulama terkemuka di Suriah dan sangat dikenal hangat
oleh kaum muslimin di Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai seorang
ulama yang berhak untuk berjtihad. Al-Buthi lebih dikenal sebagai tokoh
ulama dibanding tokoh pergerakan. Buku-buku karya Al-Buthi banyak
beredar di Indonesia dan karyanya banyak menjadi rujukan. Beliau telah
menulis tidak kurang dari 40 buku dalam bidang kesusasteraan, falsafah,
sosiologi dan keagamaan. Pada tahun 1965 Syeikh Ramadhan Al Buthi
menjadi pengajar kemudian menjadi dekan Fakultas Syari’ah di Universitas
Damaskus dan menjadi Khatib Masjid Al Umawi. Dan tahun 2012 beliau
menjadi ketua Ikatan Ulama Bilad As Syam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar